Selasa, 21 Mei 2013

Haruskah Menyalahkan Masa Lalu !

Mungkin hanya ketika masih bayi saja aku menangis. Sebab rasanya ketika beranjak dewasa, aku tak pernah menangis. Apa lagi buat seorang laki-laki yang bukan siapa-siapaku saat ini. Aku pernah jatuh cinta. Tapi karna kecerobohan dalam memutuskan yang pernah ku buat. Semuanya berakhir.Sampai pada saatnya aku dihadapkan dengan apa itu yang dinamakan ‘Karma
Sejak itu, rasanya aku tak pernah jatuh cinta lagi. Bahkan, laki-laki mana pun. Bukan berarti disekitarku ini tidak ada laki-laki. Banyak kok. Banyak yang ganteng, pinter atau apalah itu seperti yang di impikan kebayakan wanita. Tapi sungguh, perasaanku biasa-biasa saja.
Apakah kau pernah menagis karena cinta? Aku pernah dan aku hanyut didalamnya. Jika dia tak memperlakukan aku seperti itu, mungkin aku gak akan menangis. Tapi sikapnya…, sikapnya itu yang membuatku merasa telah membebaninya. Membuatku merasa telah menjadi pengganggu nomor satu dalam hidupnya.
Aku manangis bukan karena aku lemah, bukan aku menyesal, tapi aku hanya menyayangkan apa yang telah aku pertahankan selama dan sejauh ini.
Sejak hari terpahit itu hatiku kembali beku seperti dulu lagi, sama persis saat 4 tahun yang lalu. Semuanya mengembalikan ku pada pandangan awalku. Tragis memang, saat menyadari  diri sendiri memiliki pikiran seperti ini. Aku hanya menunggu waktu yang bisa mengembalikan aku seperti dulu lagi.

Sempat aku merenungi sikapku belakangan ini, setiap kali melihat laki-laki selalu ada secuil kebencian yang menyesak, menanggapi orang-orang disekitar ekstra dingin, emosi tidak pernah stabil dan mudah terpancing, bahkan untuk mengeluarkan kata-kata cenderung bercampur dengan luapan emosi yang tak jelas.
Entah siapa atau apa yang mesti dipersalahkan atas hal-hal yang menimpaku saat ini, entah harus menyikapi sikap yang memang sudah begini adanya atau tentang masa lalu yang menjadikan aq sebagai wanita berhati dingin.
Semua ini berimbas terhadap siapapun laki-laki yang sudah lama maupun yang sedang mendekatiku. Harus bagaimana aku menyikapi hal yang seperti ini.

Suatu hari aku ingin melihat sorot mata teduh yang mampu menghancurkan tembok kebencian ini.